Pages

Selasa, 23 Oktober 2012

Tangan Setan AS Jerumuskan Irak Menjadi Neraka Dunia


BAGHDAD (Berita SuaraMedia) – Setelah menghilang selama enam tahun terakhir, dan kini berada di bawah pemerintahan bentukan Amerika Serikat, belakangan perbuatan maksiat kembali marak di jalanan ibukota Irak.


"Sekarang, maksiat kembali menjadi bagian dari kehidupan kota Baghdad," kata Fadilla Muhammed, anggota kelompok yang mengampanyekan tradisi keluarga dan moral.

Sejumlah Bar, Pub, dan toko-toko penjual minuman keras yang dulu ditutup, kini mulai menggeliat dan bangkit.

Rumah-rumah prostitusi juga dibuka kembali, dan rata-rata rumah bordil tersebut berebut pelanggan.

Di tengah kota Baghdad, bioskop-bioskop yang memutar film-film yang menjurus porno dan para penontonnya bisa langsung mempraktikkan hubungan intim di kursi dan kamar mandi, kembali beroperasi.

Walaupun tidak umum, ada sejumlah wanita yang dapat ditemui di dalam gedung-gedung semacam itu, mereka menjajakan diri sendiri atau bahkan putri-putri mereka kepada para lelaki hidung belang.

"Kini, setelah invasi Amerika Serikat, tempat-tempat maksiat kembali tumbuh dengan suburnya," tutur Muhammed.

Menurut Mustafa al-Ghadrun, seorang pejabat senior departemen kesehatan, memang benar bahwa belakangan ini, konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang meningkat pesat di Irak.

"Banyak juga konsumsi obat-obatan yang mengandung codeine dan valium derivatif," katanya kepada IOL.

"Kami mengkhawatirkan banyaknya jumlah minuman yang sudah terlanjur dikonsumsi, karena kami mendapatkan banyak laporan mengenai kasus kecanduan alkohol."

Distrik-distrik Baghdad seperti Sadr, Alawi, Dora, Bab al-Muadhem dan Gazellia tiba-tiba menjadi lahan basah peredaran narkoba. Para pengedar juga aktif di area-area dimana tidak ada petugas keamanan dan pejuang Islam.

Demokrasi

Bagi mereka yang menjalankan praktik yang dahulu sama sekali diharamkan, hal ini (merebaknya maksiat) jelas merupakan hal yang mereka harapkan akan ditularkan oleh Amerika Serikat, saat negara Paman Sam tersebut menginvasi Irak.

"Inilah saat untuk menikmati kebebasan dan sebagian budaya Barat," kata Abu Feiraz yang duduk di sebuah kafe di distrik Karada sambil bermain catur dengan putranya yang masih berusia 17 tahun.

"Kami sudah dewasa dan kami sepenuhnya bertanggung jawab atas tindakan kami sendiri," kata Abu Feiraz seraya mnuangkan anggur kedalam gelas putranya.

Dia mengatakan bahwa kembali dijualnya minuman keras dan maraknya prostitusi sebagai bagian dari gaya hidup demokratis ala Barat yang dibawa Amerika Serikat ke Irak.

"Saya kan tidak menyakiti orang lain, apalagi sampai menghancurkan kehidupan orang lain."

Faeeq yang tengah duduk-duduk di kedai minuman sambil menenggak segelas anggur mengamini.

"Setiap manusia yang dilahirkan di muka bumi ini mempunyai hak untuk memutuskan apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya."

Menurutnya, ada banyak orang Irak yang menjalani kehidupan seperti dirinya setelah bertahun-tahun mengalami peperangan dan penyiksaan, rata-rata mereka memilih narkoba dan alkohol sebagai pelarian dari masalah.

"Kami tidak ingin hanya mengkhawatirkan apa yang akan terjadi. Kami juga ingin bersenang-senang setelah menderita selama bertahun-tahun. Inilah waktunya menjalani kehidupan dunia Barat yang dulu dijanjikan oleh orang-orang Amerika."

Namun, jelas tidak semua orang merasa senang dengan kembali merebaknya kemaksiatan di Baghdad.

Sheikh Ibraheem Ahmed Naffi, seorang imam di distrik Karada, memperingatkan bahwa gaya hidup baru yang bergelimang dosa tersebut akan mudah mempengaruhi ribuan generasi muda Irak.

"Negara Ini adalah negara Islam dan minuman keras sudah seharusnya dilarang keras," katanya.

"Nilai-nilai keluarga sudah hilang di Irak, sayangnya pemerintahan sekarang tidak melakukan apapun untuk menanggulangi permasalahan ini," kecamnya.

"Ini baru salah satu hal yang menjadi pembeda antara kami (umat Muslim) dengan dunia Barat.

0 komentar